Echy's Blog

Kamis, 20 Januari 2011

tabel periodik


Ion Karbenium telah terungkap




Suatu pandangan yang penting kedalam mekanisme
reaksi hidrokarbon telah diungkapkan oleh para ilmuwan yang sedang di Perancis.

Transformasi terkatalisis dari hidrokarbon sangatlah penting pada industi petrokimia akan tetapi kelambanan mereka haruslah diatasi dengan dikerjakan dibawah tekanan dan suhu yang tinggi. Jean Sommer dan para koleganya pada University of Strasbourg telah menunjukkan keberadaan beberapa ion karbenium pada transformasi hidrokarbon pada katalis mineral zeolite. Beberapa ion tersebut pada umumnya diterima sebagai intermediate reaksi namun formasi mereka sepenuhnya belumlah dimengerti.

Sommer menggunakan suatu kombinasi pengukuran NMR dan melabeli bahan pertama guna mendeteksi keberadaan beberapa ion karbenium. Dia menjelaskan bahwa: ‘Kita menunjukkan keberadaan beberapa intermediate tersebut pada zeolite meski pada suhu ruangan, suatu titk kontroversial pada katalis asam padat.’

Beberapa intermediate ion karbenium pada zeolites telah terlihat menggunakan NMR

‘Beberapa ion karbenium umumnya muncul pada konsentrasi yang sangat rendah, dan selanjutnya sangat sulit untuk dideteksi dan diamati,’ Sommer melanjutkan. ‘Pekerjaan kami mengkonfirmasikan bahwa mereka merupakan intermediate yang perlu dalam memebrikan logika pada reaktifitas hidrokarbon.

Pierre Esteves, seorang ahli pada carboacation kimiawi pada Federal University of Rio de Janeiro, Brazil, mengomentari bahwa, ‘penggunaan yang elegan dari NMR digabungkan dengan hidrokarbon terklabeli secara isotopis menunjukkan bahwa bukti yang kuat dari perilaku carbocations didalam beberapa katalis berpori tersebut, bahkan pada suhu ruangan sekalipun.’

Langkah berikutnya, menurut Sommer, adalah menemukan jika reaksi tersebut bertempat didalam lubang zeolite atau pada luaran permukaan katalis tersebut.

Meteor dari Planet Mars


Meteorit Martian yang memerankan peranan yang penting dalam pemahaman kita mengenai Sistem Tata Surya telah ditemukan setengah milyar tahun lebih muda dari pada perkiraan sebelumnya, kata peneliti dari Amerika Serikat. Walaupun ada penambahan umur, meteorit ini yang disebut dengan ALH84001, masih merupakan batuan Martian yang paling tua ditemyukan di bumi.

Kebanyakan informasi yang kita dapatkan tentang geologi Planet Mars berasal dari bekas peninggalan yang terlempar ke luar angkasa oleh serangan asteroid ppada Planet merah ini. Beberapa dari bahan ini masih jatuh ke Bumi sebagai meteorites – ALH84001 ditemukan di Allan Hills, Antartika pada tahun 1984.

Babak baru dari meteorite ini memberikan pandangan yang penting kedalam proses kegunung berapian yang masih aktif di Planet Mars, dan mungkin juga membantu memperbaiki beberapa model bagi pembentukan awal planet, termasuk Bumi. Penelitian ini juga mengindikasikan bahwa ALH84001 yang terbentuk pada waktu Planet Mars masih ‘basah’ dan mempunyai medan magnetis yang stabil, beberapa kondisi yang akan membantu perkembangan kehidupan yang sederhana.

Dengan mengkalkulasikan rasio isotop yang tahan lama dari samarium dan neodymium, meteorite ditentukan telah terbentuk 4.5 milyar tahun yang lampau. Akan tetapi sekarang ini, Thomas Lapen pada University of Houston dan para koleganya di Nasa di Houston, US, telah menggunakan suatu radiometris alternatif yang memberikan tanggal pada proses tentang pengukuran lutetium dan hafnium.

Meteorite Martian memberikan para ilmuwan petunjuk terhadap formasi dan evolusi dari Planet Merah

‘Kita menemukan bahwa kebanyakan dari samarium dan neodymium pada bebatuan bertempat pada mineral fosfat, dimana lutetium dan hafnium mengambil tempat pada mineral lainnya,’ Lapen mengatakan pada Chemistry World. ‘Ini sangatlah penting karena mineral fosfat secara relatif sangat reaktif dan dengan mudah dapat diubah oleh larutan. ‘

Karena pemberian tanggal lutetium-hafnium ditentukan dari beberapa mineral yang lebih resistan dalam proses pelapukan, tim Lapen percaya bahwa teknik ini lebih akurat dalam menunjukkan tentang kebenaran mengenai tanggal lahir bebatuan tersebut. Data ini menempatkan ALH84001 pada 4.09 milyar tahun lalu – yang berarti bahwa hal ini bukanlah bagian dari kerak primordial, malahan hal ini akan terbentuk setelah suatu periode dari aktifitas yang terus – menerus dari kegunung berapian.

ALH84001 masuk pada berita utama pada tahun 1996, ketika para ilmuwan meneliti biomorphs – bentuk yang tidak biasa yang menyerupai bakteria terfosil- dibawah mikroskop. Meskipun temuan Lapen mendukung ide bahwa Planet Mars mempunyai suatu kehidupan dengan menunjukkan beberapa mineral yang akan terbentuk dibawah kondisi aqueous dan pada saat keberadaan medan magnetis, masih adanya pertanyaan yang sulit untuk dijawab.

‘Palnet Mars tentu saja menjadi target yang bagus dalam menemukan kehidupan selain di Bumi,’ kata Andrew Coates, kepala ilmu perplanetan pada University College London. ‘Dan tanggalan yang baru yaitu 4.09 milyar tahun lalu menempatakan ALH84001 lebih pada suatu jalur dengan ketika kehidupan pertama mulai berkembang di Bumi. Bebatuan ini yang terbentuk pada waktu ketika medan magnetis Martian sedang sekarat, yang mempunyai implikasi yang menarik bagi sejarah atmosfer Martian yang sama baiknya dengan proses pembentukan kerak planet.’

Lewis Brindley

Referensi

DAYA KERJA DETERJEN

Sebagai bahan pembersih lainnya, deterjen merupakan buah kemajuan teknologi yang memanfaatkan bahan kimia dari hasil samping penyulingan minyak bumi, ditambah dengan bahan kimia lainnya seperti fosfat, silikat, bahan pewarna, dan bahan pewangi. sekitar tahun 1960-an, deterjen generasi awal muncul menggunakan bahan kimia pengaktif permukaan (surfaktan) Alkyl Benzene Sulfonat (ABS) yang mampu menghasilkan busa. Namun karena sifat ABS yang sulit diurai oleh mikroorganisme di permukaan tanah, akhirnya digantikan dengan senyawa Linier Alkyl Sulfonat (LAS) yang diyakini relatif lebih akrab dengan lingkungan.


Pada banyak negara di dunia penggunaan ABS telah dilarang dan diganti dengan LAS. Sedangkan di Indonesia, peraturan mengenai larangan penggunaan ABS belum ada. Beberapa alasan masih digunakannya ABS dalam produk deterjen, antara lain karena harganya murah, kestabilannya dalam bentuk krim/pasta dan busanya melimpah.

Penggunaan sabun sebagai bahan pembersih yang dilarutkan dengan air di wilayah pegunungan atau daerah pemukiman bekas rawa sering tidak menghasilkan busa. Hal itu disebabkan oleh sifat sabun yang tidak akan menghasilkan busa jika dilarutkan dalam air sadah (air yang mengandung logam-logam tertentu atau kapur). Namun penggunaan deterjen dengan air yang bersifat sadah, akan tetap menghasilkan busa yang berlimpah.

Sabun maupun deterjen yang dilarutkan dalam air pada proses pencucian, akan membentuk emulsi bersama kotoran yang akan terbuang saat dibilas. Namun ada pendapat keliru bahwa semakin melimpahnya busa air sabun akan membuat cucian menjadi lebih bersih. Busa dengan luas permukaannya yang besar memang bisa menyerap kotoran debu, tetapi dengan adanya surfaktan, pembersihan sudah dapat dilakukan tanpa perlu adanya busa.

Opini yang sengaja dibentuk bahwa busa yang melimpah menunjukkan daya kerja deterjen adalah menyesatkan. Jadi, proses pencucian tidak bergantung ada atau tidaknya busa atau sedikit dan banyaknya busa yang dihasilkan. Kemampuan daya pembersih deterjen ini dapat ditingkatkan jika cucian dipanaskan karena daya kerja enzim dan pemutih akan efektif. Tetapi, mencuci dengan air panas akan menyebabkan warna pakaian memudar. Jadi untuk pakaian berwarna, sebaiknya jangan menggunakan air hangat/panas.

Pemakaian deterjen juga kerap menimbulkan persoalan baru, terutama bagi pengguna yang memiliki sifat sensitif. Pengguna deterjen dapat mengalami iritasi kulit, kulit gatal-gatal, ataupun kulit menjadi terasa lebih panas usai memakai deterjen.